top of page
Writer's pictureIrene Apriani

5 Gaya Menghadapi Konflik: Kamu yang mana?


Two peaople get ready to fight

Kata konflik umumnya diasosiasikan dengan pertengkaran, agresivitas, atau hal lainnya yang bersifat destruktif. Konflik adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita sehari-hari, baik di rumah, tempat kerja, atau lingkungan sosial. Namun tidak semua konflik selalu bersifat destruktif. Justru, konflik dapat memiliki manfaat yaitu saling meningkatkan pemahaman, mendorong kreativitas, memperkuat hubungan, mengasah keterampilan pemecahan masalah, dan mendorong pertumbuhan pribadi. Jadi, konflik dapat menjadi konstruktif bergantung dari bagaimana respon kita.


Salah satu teori yang paling sering digunakan untuk memahami gaya menghadapi konflik adalah teori Thomas-Kilmann, yang mengidentifikasi lima gaya utama. Setiap gaya ini memiliki kekuatan dan kelemahannya, dan mengenali gaya pribadi kita dapat membantu kita mengelola konflik dengan lebih efektif.


5 Gaya Menghadapi Konflik:

Yuk, simak bagan berikut ini!

Gaya menghadapi konflik

  1. Ikan Hiu si Kompetitif (Competing)

Gaya kompetitif terjadi ketika seseorang lebih mementingkan kepentingan atau hasil pribadi dibandingkan hubungan dengan orang lain. Orang yang menggunakan gaya ini cenderung mendominasi, tegas, dan seringkali tidak ragu untuk menggunakan kekuasaan atau otoritas demi mencapai tujuannya.


Kapan gaya kompetitif efektif?

  • Dalam situasi darurat yang mendesak, misalnya dalam kondisi darurat ketika keputusan cepat dan tegas sangat diperlukan

  • Saat berhadapan dengan masalah ketika kita benar-benar yakin bahwa solusi kita adalah yang terbaik dan tidak ada ruang untuk kompromi


Tantangan: Gaya kompetitif dapat menyebabkan keretakan dalam hubungan jika sering digunakan, terutama ketika digunakan dalam situasi saat kolaborasi lebih diinginkan.


  1. Burung Hantu si Kolaboratif (Collaborating)

Gaya kolaboratif menekankan pentingnya mencari solusi yang memuaskan semua pihak. Orang yang menggunakan gaya ini lebih terbuka bekerja sama untuk menemukan solusi yang bisa diterima semua pihak. Mereka berusaha memahami kebutuhan dan keinginan masing-masing untuk mencapai win-win solution.


Kapan gaya kolaboratif efektif?

  • Saat ada kebutuhan untuk menjaga hubungan jangka panjang

  • Ketika kedua belah pihak memiliki kepentingan yang sama penting dan kita ingin mencari solusi terbaik yang memuaskan semua pihak


Tantangan: Gaya ini memerlukan waktu dan energi yang lebih banyak, sehingga tidak selalu ideal untuk situasi mendesak.


  1. Kura-kura si Menghindar (Avoiding)

Gaya menghindar terjadi ketika seseorang cenderung menjauh dari konflik dan menghindari masalah. Orang yang mengadopsi gaya ini seringkali merasa tidak nyaman dengan konfrontasi atau tidak melihat manfaat dari menyelesaikan konflik secara langsung. Namun, orang yang menerapkan gaya ini cenderung dianggap tidak tegas dan tidak kooperatif.


Kapan gaya menghindar efektif?

  • Ketika masalah tersebut tidak penting atau tidak signifikan untuk dihadapi

  • Saat membutuhkan waktu untuk merenung sebelum mengambil tindakan yang tepat


Tantangan: Terlalu sering menghindar dapat menyebabkan masalah yang lebih besar di kemudian hari, karena konflik yang tidak diatasi dapat menumpuk.


  1. Boneka Beruang si Akomodatif (Accommodating)

Gaya akomodatif terjadi ketika seseorang lebih memilih untuk menyerahkan keinginan pribadinya demi memuaskan kebutuhan orang lain. Orang yang menggunakan gaya ini seringkali fokus pada menjaga harmoni dan menghindari konfrontasi. Meskipun kadang dibutuhkan dalam situasi tertentu, terlalu sering menggunakan gaya ini bisa membuat seseorang dianggap tidak tegas dan mudah pasrah.


Kapan gaya akomodatif efektif?

  • Saat hubungan lebih penting daripada masalah yang dihadapi

  • Ketika kita menyadari bahwa kita salah dan pihak lain lebih berhak untuk diutamakan


Tantangan: Jika terlalu sering digunakan, gaya akomodatif dapat menyebabkan ketidakpuasan pribadi dan perasaan bahwa kebutuhan kita tidak dihargai.


  1. Rubah si Kompromi (Compromising)

Gaya kompromis adalah jalan tengah antara gaya kompetitif dan akomodatif. Di sini, kedua belah pihak setuju untuk memberikan sebagian dari keinginannya demi mencapai solusi yang dapat diterima oleh semua pihak. Orang dengan gaya ini akan mencari jalan tengah yang bisa diterima kedua belah pihak, meskipun mungkin tidak selalu menjadi solusi terbaik. Mereka bersedia sedikit mengalah untuk mencapai kesepakatan.


Kapan gaya kompromis efektif?

  • Ketika kita membutuhkan solusi cepat yang dapat diterima oleh semua pihak

  • Saat masing-masing pihak memiliki posisi yang berlawanan, namun tidak ada yang bersedia sepenuhnya menyerah


Tantangan: Kompromis bisa berarti bahwa tidak ada pihak yang benar-benar puas dengan hasil akhirnya, karena masing-masing harus mengorbankan sesuatu.

 


Setiap gaya menghadapi konflik memiliki tempatnya masing-masing. Tidak ada satu gaya yang selalu benar atau salah. Kunci dari manajemen konflik yang efektif adalah fleksibilitas, yaitu mampu untuk mengenali situasi dan menentukan gaya mana yang paling sesuai. Mengenali gaya kita sendiri juga penting agar kita bisa belajar mengembangkan fleksibilitas dalam pendekatan agar dapat mengelola konflik dengan lebih efektif dan konstruktif.

 


Peace is not the absence of conflict, but the ability to handle conflict by peaceful means. Ronald Reagan.

10 views0 comments

Yorumlar


bottom of page